A Spanish Party : Memaknai Kembali Keberadaan Diri

Barcelona adalah klub yang layak dikagumi. Bukan karena permainannya semata. Tapi kesan yang diberikan bagi para pecintanya dan publik pada umumnya. Satu hal yang menjadi catatan saya, beberapa waktu lalu Presiden Barcelona mengumumkan bahwa 0,7 persen dari pendapatan tahunan klub Barcelona, mulai tahun 2006, akan disumbangkan bagi program CSR (Corporate Social Responsibilty). Dana itu akan disalurkan untuk pengentasan kemiskinan dan membantu pendidikan di negara-negara miskin. Tekhnis pelaksanaannya, dana itu akan diserahkan pada PBB guna mendukung kampanye Millennium Development Goals.
Ini adalah penggalangan dana terbesar yang pernah dilakukan sebuah klub bola. Barcelona, memang "mes que un club" (more than just a club), bukan sekedar klub bola, Pendapatan tahunan rata-rata klub ini mencapai 240 juta euros (atau $304.3 juta). Ia termasuk salah satu klub sepak bola terkaya di dunia.
Bukan hanya itu, Barcelona tak pernah mengijinkan kaos tim (jersey) warna scarlet dan birunya, untuk ditempeli sponsor-sponsor, sebagaimana layaknya kaos tim lain. Dana untuk sponsor itu justru dimanfaatkan untuk membantu kemanusiaan di berbagai penjuru dunia. "Kita merencanakan untuk menggunakan kaos tim Barcelona dalam mendukung kemanusiaan ke seluruh dunia” demikian Presiden Barcelona.
Dinihari tadi, Barcelona telah membuktikan kebesaran itu. Ia bergerak melebihi dirinya. Melewati batas-batasnya sebagai sebuah klub. Ia membuktikan ungkapan Longfellow, penyair Amerika di Abad 18, dalam sajaknya a Psalm of Life bahwa, “Impian itulah Hidup”. Selamat kepada Barcelona, A Homage to Catalonia.
Lesson learned: orang yang hanya sibuk mengurusi diri dan pekerjaannya ibarat klub bola yang hanya sibuk dengan permainannya. Ia bisa saja besar, Ia bisa saja sukses, dan Ia bisa saja dikagumi. Tapi ia tetap hanya sebuah klub bola. Tak mampu melebihi dirinya.