Mengenang Patriotisme Ahn Jung-Hwan
Satu hal menarik yang perlu menjadi catatan adalah pertandingan Korea Selatan lawan Togo di pertandingan pembuka Piala Dunia 2006 (13/6). Ahn Jung-Hwan, penyerang Korea Selatan yang mirip bintang film Korea, malam itu kembali jadi pahlawan. Satu gol yang dilesakkannya ke gawang Togo, membawa Korea menang 2 – 1.
Ahn Jung-Hwan adalah kisah tentang integritas dan patriotisme. Masih ingat kejadian pada piala dunia 2002 lalu? 18 Juni 2002, di perempat final, Korea harus berhadapan dengan Italia. Pertandingan untuk lolos ke semifinal. Pagi hari sebelum pertandingan, Ahn Jung-Hwan bangun tidur dengan perasaan galau dan resah. Ia selama ini bermain di klub papan atas Italia, Perugia.
Klub itulah yang membesarkan namanya dan memberi pengalaman sepak bola sesungguhnya.
Malam itu ia dihadapkan pada pilihan untuk bermain melawan ”teman2”nya di Italia atau mengalah menghadapi publik Italia.
Pressure yang berat dirasakan oleh remaja Ahn Jung Hwan. Publik Italia mengharapkan ia tidak mencetak gol saat melawan Italia. Bahkan kabarnya Mafioso-mafioso Itali mengancamnya untuk tidak bermain optimal, apalagi sampai mencetak gol. Klubnya, Peruggia, meminta Ahn JungHwan untuk ”menghormati” Italia sebagai tempatnya bekerja. Untuk itu, ia ditawarkan menjadi pemain utama, fasilitas apartemen mewah, mobil sport edisi anyar, gaji yang jauh dari cukup. Asalkan jangan main serius saat melawan Italia.
Ahn Jung Hwanpun termangu di persimpangan jalan. Tahun itu adalah tahun perjuangan, antara integritasnya sebagai anak bangsa, atau keuntungan pribadinya yang menjadi jaminan sukses masa depan. Saat pertandingan, Italia memimpin 1-0 sampai menjelang pertandingan usai. Di menit2 terakhir, Korea menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Perpanjangan waktu.
Dan saat itulah Ahn Jung-Hwan memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri....
Ia melesakkan ”Golden Goal” yang menghempaskan Italia pulang kampung. Skor 2-1 utk Korea. Koreapun melesat ke semifinal, Italia terpuruk dan mengemas koper, pulang lebih cepat.
Masalahnya tak usai di situ. Ahn Jung-Hwan harus menerima akibat perbuatannya.
Ia dipecat dan diusir dari Perugia. Bahkan dari Italia. Ia dimusuhi publik Italia.
Luciano Gaucci, Presiden Perugia football club, Ahn Jung Hwan's boss, mengatakan
“That gentleman will never set foot in Perugia again,”
“I have no intention of paying a salary to someone who has ruined Italian soccer.'”
Sungguh begitu kerdil sepakbola Italia. Masyarakat Italiapun diam, seolah mendukung pengusiran Ahn Jung-Hwan. Sejak itulah respek saya pada Perugia hilang. Respek saya pada sepak bola Italia turun. Italia tak lebih dari sebuah klub yang tak mampu menerima keterbukaan dan adanya perbedaan…
Ahn Jung-Hwan akhirnya harus angkat koper dari Italia. Kini ia merumput pada klub kecil di Jerman. Tak terkenal memang. Tapi ia bangga. Ia bangga sebagai orang yang membela Integritas Dirinya. Ia bangga mempertahankan Integritas dan Patriotisme kebangsaan di atas kepentingan pribadinya....
Dan malam pertandingan perdana itu, Ahn JungHwan kembali mencetak gol penentu kemenangan Korsel atas Togo. Inilah arti Disispilin dan Integritas yang patut kita contoh. Semoga Korea melaju dan melaju terus tahun ini... Chung Mong-joon, ketua persatuan sepak bola Korea mengatakan ”Keajaiban Korea dapat membantu kita mewujudkan lagi keajaiban di Sungai Han. Saat Kita Bangkit dari krisis.”
Ahn Jung-Hwan adalah kisah tentang integritas dan patriotisme. Masih ingat kejadian pada piala dunia 2002 lalu? 18 Juni 2002, di perempat final, Korea harus berhadapan dengan Italia. Pertandingan untuk lolos ke semifinal. Pagi hari sebelum pertandingan, Ahn Jung-Hwan bangun tidur dengan perasaan galau dan resah. Ia selama ini bermain di klub papan atas Italia, Perugia.
Klub itulah yang membesarkan namanya dan memberi pengalaman sepak bola sesungguhnya.
Malam itu ia dihadapkan pada pilihan untuk bermain melawan ”teman2”nya di Italia atau mengalah menghadapi publik Italia.
Pressure yang berat dirasakan oleh remaja Ahn Jung Hwan. Publik Italia mengharapkan ia tidak mencetak gol saat melawan Italia. Bahkan kabarnya Mafioso-mafioso Itali mengancamnya untuk tidak bermain optimal, apalagi sampai mencetak gol. Klubnya, Peruggia, meminta Ahn JungHwan untuk ”menghormati” Italia sebagai tempatnya bekerja. Untuk itu, ia ditawarkan menjadi pemain utama, fasilitas apartemen mewah, mobil sport edisi anyar, gaji yang jauh dari cukup. Asalkan jangan main serius saat melawan Italia.
Ahn Jung Hwanpun termangu di persimpangan jalan. Tahun itu adalah tahun perjuangan, antara integritasnya sebagai anak bangsa, atau keuntungan pribadinya yang menjadi jaminan sukses masa depan. Saat pertandingan, Italia memimpin 1-0 sampai menjelang pertandingan usai. Di menit2 terakhir, Korea menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Perpanjangan waktu.
Dan saat itulah Ahn Jung-Hwan memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri....
Ia melesakkan ”Golden Goal” yang menghempaskan Italia pulang kampung. Skor 2-1 utk Korea. Koreapun melesat ke semifinal, Italia terpuruk dan mengemas koper, pulang lebih cepat.
Masalahnya tak usai di situ. Ahn Jung-Hwan harus menerima akibat perbuatannya.
Ia dipecat dan diusir dari Perugia. Bahkan dari Italia. Ia dimusuhi publik Italia.
Luciano Gaucci, Presiden Perugia football club, Ahn Jung Hwan's boss, mengatakan
“That gentleman will never set foot in Perugia again,”
“I have no intention of paying a salary to someone who has ruined Italian soccer.'”
Sungguh begitu kerdil sepakbola Italia. Masyarakat Italiapun diam, seolah mendukung pengusiran Ahn Jung-Hwan. Sejak itulah respek saya pada Perugia hilang. Respek saya pada sepak bola Italia turun. Italia tak lebih dari sebuah klub yang tak mampu menerima keterbukaan dan adanya perbedaan…
Ahn Jung-Hwan akhirnya harus angkat koper dari Italia. Kini ia merumput pada klub kecil di Jerman. Tak terkenal memang. Tapi ia bangga. Ia bangga sebagai orang yang membela Integritas Dirinya. Ia bangga mempertahankan Integritas dan Patriotisme kebangsaan di atas kepentingan pribadinya....
Dan malam pertandingan perdana itu, Ahn JungHwan kembali mencetak gol penentu kemenangan Korsel atas Togo. Inilah arti Disispilin dan Integritas yang patut kita contoh. Semoga Korea melaju dan melaju terus tahun ini... Chung Mong-joon, ketua persatuan sepak bola Korea mengatakan ”Keajaiban Korea dapat membantu kita mewujudkan lagi keajaiban di Sungai Han. Saat Kita Bangkit dari krisis.”